YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 16 November 2014

Tanaman Hasil Perkebunan Non-Pangan "Karet"

PENDAHULUAN
Pohon karet para pertama kali hanya tumbuh di Amerika Selatan. Setelah percobaan berkali-kali yang dilakukan oleh Henry Wickham,  pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan. Sekarang Asia merupakan sumber karet alami.
Karet atau nama latinnya Havea brasiliensis merupakan salah satu komoditas perkebunan dengan susunan taksonomi sebegai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Sub Divisi        : Dicotyledonae
Kelas               : Euphorbiales
SUku                  : Euphorbiaceae
Marga                 : Havea
Jenis                 : Havea brailiensis
Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-satunya yang dikebunkan secara besar-besaran. Devisa negara yang dihasilkan dari komditas karet ini cukup besar.
Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 3,435,417 Ha dengan total produksi 2,440,346 tons. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha budidaya karet ini ini adalah 2,075,954 KK dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 195,325 orang. Volume ekspor komoditas karet pada tahun 2008 mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar US $ 6,056,572 dari total ekspor sebesar 2,295,456 tons.
Di Indonesia sendiri, pada bulan November tahun 1876 tanaman karet jenis Hevea Brasiliensis  mulai dikembangkan di Jakarta. Kemudianpada tahun 1906 dimulai budidaya tanaman karet ini di Sumatera bagian timur dan selang 4 tahun kemudian yaitu tahun 1906, karet mulai dibudidayakan di pulau Jawa.





PEMBAHASAN
Kandungan Gizi Biji Karet
Bungkil Biji Karet adalah bahan makanan yang biasa dikonsumai oleh masyarakat indonesia. Bungkil biji karet mengandung energi sebesar : 333 kilokalori, protein 29,3 gram,  karbohidrat 50 gram, lemak 3,3 gram , kalsium 102 miligram, fosfor 660 miligram, dan zat besi 12 miligram.  Selain itu di dalam Bungkil Biji Karet juga terkandung vitamin A sebanyak 0 IU, vitamin B1 0,1 miligram dan vitamin C 0 miligram.  Hasil tersebut didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram bungkil biji karet dengan jumlah yang dapat dimakan  sebanyak 100%.
Informasi rinci kandungan biji karet:
Nama Bahan Makanan : Bungkil Biji Karet
Nama Lain / Alternatif : -
Banyaknya Bungkil Biji Karet yang diteliti (Food Weight) = 100 gr
Bagian Bungkil Biji Karet yang dapat dikonsumsi (Bdd / Food Edible) = 100 %
Jumlah Kandungan Energi Bungkil Biji Karet = 333 kkal
Jumlah Kandungan Protein Bungkil Biji Karet = 29,3 gr
Jumlah Kandungan Lemak Bungkil Biji Karet = 3,3 gr
Jumlah Kandungan Karbohidrat Bungkil Biji Karet = 50 gr
Jumlah Kandungan Kalsium Bungkil Biji Karet = 102 mg
Jumlah Kandungan Fosfor Bungkil Biji Karet = 660 mg
Jumlah Kandungan Zat Besi Bungkil Biji Karet = 12 mg
Jumlah Kandungan Vitamin A Bungkil Biji Karet = 0 IU
Jumlah Kandungan Vitamin B1 Bungkil Biji Karet = 0,1 mg
Jumlah Kandungan Vitamin C Bungkil Biji Karet = 0 mg
Khasiat / Manfaat Bungkil Biji Karet : - (Belum Tersedia)
Huruf Awal Nama Bahan Makanan : B

Pemanfaatan Tanaman Karet
Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan    ( dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang ), sepeda karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
Bahan baku  karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet.
Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekadar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet.
Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau batang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.
Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris terbuang-buang begitu saja adalah biji karet, padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan sebab jumlahnya melimpah ruah.
Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya. Agar biji karet dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Kosentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi.
Selain untuk benih sebagai bahan tanaman, biji karet ternyata memiliki beberapa manfaat yang bernilai ekonomis. Cangkang biji dapat dijadikan arang aktif atau bahan pencampur obat nyamuk bakar. Daging biji dapat dijadikan minyak pada pabrik cat atau pernis, batik, genteng, atau digunakan dalam pembuatan sabun, pelunak karet, minyak pengering, alkolid resin, lemak gemuk, dan asam lemak lainnya. Bungkil atau ampas sisa dari proses ekstrasi minyak juga berguna untuk pakan ternak atau pupuk.
Secara umum biji mengandung toksid linamarin (C10H17NO6). Minyak biji karet mengandung 7% palmatik; 9% stearik; 0,3% arachidik; 30% olenik; 30 – 50% linoleik;  dan 2 – 23% asam linolenik. Kandungan ini jelas membuka peluang yang besar untuk pemanfaatan biji karet pada bidang kesehatan, industri, dan pengolahan. Bungkil biji karet mengandung bahan berbahaya HCN dengan kadar >50 ppm. Kandungan HCN ini dapat diturunkan sampai batas aman bagi ternak dengan cara pemanasan atau penyimpanan.
Seiring dengan perkembangan penelitian dan pengembangan tanaman karet khususnya bidang pemuliaan tanaman, maka telah diciptakan banyak klon yang tujuannnya adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Perlu dipahami bahwa tidak ada klon yang sesuai untuk semua lokasi, setiap klon dirakit dari tetua mereka yang memiliki sifat unggul di satu lokasi namun kurang optimal di lokasi lainnya, dengan kata lain: satu klon akan tumbuh dan berproduksi optimal pada agroekosistem yang sesuai dengan sifat-sifatnya. Pusat Penelitian Karet telah mengidentifikasi klon-klon menurut potensinya. Pengelompokan ini berdasarkan potensi lateks yang dapat dihasilkan dan juga potensi kayu bila ditebang nanti.

Jenis-jenis klon
1. Klon Penghasil lateks
2. Klon Penghasil Lateks-Kayu
3. klon Penghasil Kayu

A. Klon Penghasil Lateks
Klon-klon yang tergolong dalam kelompok ini memiliki potensi hasil lateks tinggi sampai sangat tinggi, sedangkan potensi kayunya kecil sampai sedang. Klon-klon ini sangat cocok ditanam jika tujuannya adalah untuk mendapatkan produksi lateks yang tinggi, biasa digunakan oleh perusahaan-perusahan besar yang beorientasi pada hasil lateks untuk keperluan pabriknya. contoh klon-klon dalam golongan ini adalah: BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.

B. Klon Penghasil Lateks-Kayu
Kelompok ini dicirikan dengan potensi hasil lateks yang sedang sampai tinggi dan hasil kayunya juga tinggi. Klon-klon jenis ini sangat dianjurkan untuk petani karena selain untuk mendaptkan produksi lateks yang tinggi juga dapat diambil kayunya untuk biaya peremajaan. Perusahaan-perusahaan yang mengembangkan perkebunan karet berbasis HTI atau Hutan Tanaman Rakyat juga sangat tertarik dengan klon-klon ini, beberapa contoh klon yang tergolong dalam kelompok ini adalah: AVROS 2037, BPM 1, RRIC 100, PB 330, PB 340, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.

C.Klon Penghasil Kayu
Ciri dari kelompok ini adalah potensi kayunya yang sangat tinggi sedangkan potensi lateksnya rendah. Biasanya klon-klon jenis ini tumbuh tinggi-besar sehingga potensi kayunya sangat tinggi. Klon-klon ini bisa menjadi pilihan jika tujuan penanamannya untuk penghijauan dan untuk diambil kayunya. Contohnya adalah: IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.


PENUTUP
Kesimpulan
Karet adalah tanaman perkebunan tahunan berupa pohon batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara, di mana sekarang ini tanaman ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang. Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor.
Bahan baku  karet banyak digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran. Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga digunakan karet.


DAFTAR PUSTAKA
http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-bungkil-biji-karet-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Para_(pohon)
http://www.organisasi.org/1970/01/isi-kandungan-gizi-bungkil-biji-karet-komposisi-nutrisi-bahan-makanan.html










Tidak ada komentar: